Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Agustina Wilujeng Pramestuti, meminta pemerintah evaluasi pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen. Apalagi,saat ini jumlah kasus Covid 19 menunjukkan peningkatan. Terbaru, pada Sabtu (29/1/2022), jumlah kasus konfirmasi harian Covid 19 di Indonesia mencapai 11.588 kasus.
“Mungkin (pemerintah perlu) menurunkan (PTM) menjadi 50 persen, tidak perlu memaksakan untuk 100 persen." "(Ini) perlu dievaluasi PTM 100 persen ini,” kata Agustina, Jumat (28/1/2022), dilansir dari . Menurut Agustina, pelaksanaan PTM 100 persen perlu ditinjau ulang.
Pemerintah tidak perlu memaksakan agar PTM dilaksanakan secara 100 persen karena keselamatan para murid dan guru perlu menjadi prioritas. “Jangan sampai harus mengorbankan keselamatan murid dan guru,” tegas politisi PDI Perjuangan itu. Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono, menyebut sudah ada 18 sekolah, SD, SMP, dan SMA, telah ditutup karena adanya murid dan guru yang terpapar Covid 19.
Imam juga menjelaskan adanya peningkatan kasus Covid 19 per tanggal 27 Januari 2022 di Kota Depok. Sebanyak 406 orang tercatat terkonfirmasi Covid 19 dengan tren positivity rate naik hampir 15 persen. Tingkat bed occupancy ratio (BOR) naik menjadi 35 persen dari 24 persen.
“Saat ini sudah ada 18 sekolah yang melakukan lockdown, baik itu dari tingkat SD, SMP dan SMA, namun paling banyak dari SMA. "Oleh dasar itu, kami meminta Komisi X DPR untuk mengevaluasi pelaksanaa PTM 100 persen,” kata Imam. Mengutip , laju kasus virus Corona atau Covid 19 di Indonesia pada Sabtu (29/1/2022), tercatat ada 11.588 penambahan.
Jumlah kasus itu meningkat daripada hari sebelumnya Jumat (28/1/2022), ada 9.905 pasien positif. Jika dibandingkan jumlah kasus pada Jumat, maka ada penambahan sebanyak 1.683 kasus. Adapun total kasus Covid 19 di Indonesia hingga saat ini mencapai 4.330.763 kasus.
Di samping itu, tercatat ada 17 orang meninggal akibat Covid 19 pada Sabtu kemarin. Angka tersebut meningkat dibanding Jumat, di mana ada 7 orang meninggal. Maka, jumlah kematian pada Sabtu membuat total kasus Covid 19 berujung meninggal menjadi 144.285 orang.
Kabar baiknya, kasus sembuh dari Covid 19 pada kemarin bertambah 2.590 orang. Jumlah pasien sembuh pada Sabtu meningkat dibanding Jumat, yakni ada 2.028 sembuh dari Covid 19. Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menanggapi soal pembukaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang berbarengan dengan masuknya virus Covid 19 varian Omicron di Indonesia.
Menkes Budi menyebut sebenarnya penyetujuan terhadap pembukaan PTM telah dilakukannya sebelum varian Omicron merebak di Indonesia. Itu pun, kata Menkes Budi, sebelumnya telah ada diskusi panjang bersama Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem A. Makarim. Sehingga pantas saja jika awal Januari lalu, sebagian daerah telah melakukan PTM 100% di sekolahnya.
"Saya pernah bicara sama Pak Nadiem mengenai (PTM buka berbarengan dengan Omicron) ini sebelum Omicron itu naik." "Pendidikan tatap muka di Indonesia (cukup) tertinggal dibandingkan negara negara lain dan losses of opportunity to learn (bagi anak anak) itu tinggi." "Dan itu akan memberikan dampak negatif ke depan untuk anak anak kita," jelas Menkes Budi secara virtual melalui Kompas TV dalam segment Satu Meja The Forum , Rabu (5/1/2022).
Menyikapi hal ini, menurut Menkes Budi, PTM 100% khususnya pada wilayah level 1 dan 2 akan tetap dilanjutkan sambil melihat potensi adanya penemuan kasus aktif Covid 19. "Kalau ditanya saya seperti apa viewnya, sesudah Omicron naik, pertama saya akan wait and see maksud kita jalanin saja dulu karena memang syaratnya juga tinggi itu." "(Sebagai contoh) untuk (PTM) 100%, sebanyak 80% (siswa dan guru) harus divaksinasi penuh tubuhnya."
"Dan 50% harus divaksinasi penuh juga orang tuanya. Itu (menurut saya) kriteria yang cukup tinggi," sambung Menkes Budi. Ini, kata Menkes, adalah bentuk upaya pihak sekolah dan pemerintah benar benar menjaga terjadinya lonjakan kasus di sekolah. "Selain itu kita tambahkan semua kelas kelas itu kita tes secara random dan rutin."
"Dan itu kalau ketemu 1% masih dimaklumin, kalau berapa persen misalnya mencapai 5%, pastinya sekolah di stop dulu selama 2 Minggu, jadi cukup ketat kriterianya," jelas Menkes. Belum lagi, kat Menkes, antibodi anak anak cenderung lebih kuat daripada orang dewasa. "Kita jalankan dulu, kita lihat perkembangannya kan ada active case finding nya ."
"Kita juga sama tahu kalau ada yang kena anak anak itu, risiko fatalnya seperseratus dewasa." "Sangat kecil sekali yang yang masuk rumah sakit dan juga apalagi yang sampai fatal dibandingkan dengan dewasa," terang Menkes Budi.